Minggu, 18 Desember 2011

REVIEW JURNAL KOPERASI 13

·  Rayi Kinasih   (25210688)
·  Lestari Setyawati  (24210005)
·  Dewi Kencanawati   (21210903)
·  Ericha Dian N.   (22210387)
·  Syiam Noor W.   (26210798)
·  Nihlah Adawiyah (24210976)
·  Dwikie Bayu Ramadhan   (22210218)


KAJIAN MODEL PENGELOLAAN AGROEKOTURISME OLEH KOPERASI*)
Pariaman Sinaga, Anwar Sitompul, dan Dandy Bagus Ariyanto



REVIEW JURNAL

Abstrak
Pada pasal 17 UU Nomor 10 Tahun 2008, Tentang Kepariwisataan secara eksplisit mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memberikan dukungan kebijakan kepada Koperasi dan UMKM untuk berperan sebagai pelaku industri pariwisata secara luas. Saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM juga telah memberikan fasilitasi perkuatan modal kepada beberapa koperasi yang mengelola obyek-obyek wisata. Di samping juga ada beberapa koperasi secara alamiah yang telah masuk dalam industri agroekoturisme.
Kawasan wisata Jatiluwih sesungguhnya termasuk wilayah pelayanan KUD Panebel. Di desa ini ada sejumlah masyarakat yang menjadi anggota KUD. Namun sejauh ini pihak KUD masih belum berminat untuk mengelola kawasan wisata Jatiluwih sebagai bagian dari kegiatan usaha KUD. Namun di desa ini, telah didirikan koperasi wisata yang dikelola oleh para staf desa dan pemuda setempat.
Dengan menggunakan pendekatan dan asumsumsi maka dirumuskan 4 (empat) model umum atau model ideal pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi, yaitu:
1). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Pertanian
2). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Peternakan
3). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Perkebunan dan Hortikultura
4). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Perikanan
Koperasi pariwisata belum masuk dalam road map koperasi Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM agaknya masih menitik beratkan pada pembangunan koperasi pertanian (dalam arti luas), koperasi simpan pinjam, koperasi pemasaran, koperasi konsumsi, koperasi pondok pesantren, koperasi kerajinan, dan koperasi jasa. Oleh karena itu, kajian model pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi merupakan kajian eksploratif yang harus dijadikan pondasi bagi perumusan kebijakan pembangunan koperasi pariwisata di Indonesia.


Point-Point
1. Pada pasal 17 UU Nomor 10 Tahun 2008, Tentang Kepariwisataan secara eksplisit mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memberikan dukungan kebijakan kepada Koperasi dan UMKM untuk berperan sebagai pelaku industri pariwisata secara luas.
2.  Koperasi pariwisata belum masuk dalam road map koperasi Indonesia.

Kesimpulan

Dari aspek wilayah, potensi Sumber Daya Alam (SDA) pada empat wilayah sampel sangat mendukung pengembangan kawasan atau destinasi-destinasi baru agroekoturisme yang layak dikembangkan oleh koperasi. Meskipun pada umumnya sarana dan prasarana pendukung masih perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Kebijakan Pengembangan agroekoturisme di wilayah sampel secara umum belum terakomodasi dalam rencana tata ruang wilayah yang terintegrasi secara fungsional di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Koneksi antar destinasi juga pada umumnya belum terintegrasikan dengan baik menjadi produk agroekoturisme yang kompak. Dari aspek sosial ekonomi, pengembangan kawasan agroekoturisme di wilayah sampel berpotensi besar dalam menggerakkan ekonomi lokal (penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat lokal, pengembangan ekonomi kreatif dan industri jasa, dan pajak). Dari aspek sosial budaya, kecuali di Bali dan Sulawesi Utara (Manado), pada umumnya masih ada dikotomi antara budaya lokal dengan nilai-nilai pariwisata terutama nilai-nilai yang berkaitan dengan pleasure dari budaya wisatawan asing. Hal ini akan sangat berpengaruh pada interaksi antara wisatawan asing dan masyarakat lokal yang menghambat pemasaran produk agroekoturisme. Potensi produk agroekoturisme wilayah sampel dari aspek atraksi/daya tarik dan aktivitas memiliki keunikan dan keragaman yang dapat dijadikan sebagai faktor penarik kuat baik bagi wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara. Kecuali Bali, faktor amenitas dan aksesibilitas masih perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Pengelolaan kawasan agroekoturisme di wilayah sampel masih didominasi oleh operator perusahaan bukan koperasi seperti Perusahaan Daerah, Perseroan Terbatas, Perusahaan Perseorangan, dan beberapa dari pihak desa. Pada umumnya pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi baru pada tahap inisiasi dan perintisan. Kelembagaan supra struktur di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada umumnya belum memiliki kesamaan visi dalam mengembangkan agroekoturisme secara fungsional. Dukungan Pemerintah Daerah terhadap koperasi untuk mengelola kawasan agroekoturisme juga pada umumnya masih rendah dan belum memiliki pola pengelolaan yang sistematik dan terintegrasi serta masih tergantung pada tokoh kunci.



DAFTAR PUSTAKA
Blume, Ernst B. 1994. Operational Size Of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook Of Cooperative Organizations. Gottingen.
Bramwell, B & Lane, B (Ed). 1994. Rural Tourism and Sustainable Rural Development. Short Run Press, Exeter-UK.
Bronson, Richard. 1982. Operations Research. Schaums’s Outline Series. International Edition.
Cooper, C., et al, 1998. Tourism: Principles and Practice. Longman, England.
Darmoprajitno, H, Soewarno. 2001. Ekologi Pariwisata, Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Angkasa, Bandung.
Dep. Parpostel-PAU UGM. Tanpa tahun. Wisata Minat Khusus. Laporan Akhir, Ditjen. Par, UGM.
Dimiyati, Tjuju Tarliah dan Ahmad Dimiyati. 1987. Operations Research. Model-model Pengambilan Keputusan. Sinar Baru, Algensindo.
Dulfer, Eberhard. 1994. Evaluation of Cooperative Organization. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Dulfer, Eberhard. 1994. Structural Types of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
EPE. (1996). Tourism, Leisure, Nature Protection and Agritourism: Principles, Partnerships And Practice. University of Exeter, UK.
Eschenburg, Rolf. 1994. Theory Of Cooperative Cooperation. Dalam Vandenhoeck
& Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Ewert, A.W & Hollenhorst, S.J. Tanpa Tahun. Adventure Recreation an Its Implications For Wilderness Volume 3 Nomor 2.
Fennel A. David, 1999. Ecotourism an Introduction. Routledge, London.
Finnish Tourist Board, et al,. 1994. Towards Sustainable Tourism in Finland. Finnish Tourist Board, Finland.
France, L. 1997. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan, England.
Hanel , Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Holden, A,. 2003. Environment and Tourism. Routledge Introductions to Environment Series, Routledge, London & New York.
Inskeep, E. 1994. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. Van Nostrand Reinhold, USA.
Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economists. Philosophy and Practice.
Jubenville, A. 1976. Outdoor Recreation Planning. London, UK.
Koutsoyiannis, A. 1975. Modern Microeconomic. The Macmillan Press. Ltd, London.
Marsongko, E. P. 1998. Sustainable Tourism Development: A Case Study of Tourism Development in Karimunjawa Marine National Park, Jepara, Central Java, Indonesia: Thesis. Bournemouth University, Bournemouth, England.
Marsongko, E. P. 1999. Re-Orientasi dan Rekayasa Bio-Diversity (Green Tourism) Terhadap Pengembangan Produk Wisata. Makalah Seminar, STP Bandung.
Marsongko, E. P. 2000. Environmental Management System for Tourist Attractions: Curriculum & Syllabus. STP Bandung, Bandung.
McIntyre, G., 1993. Sustainable Tourism Development: Guide For Local Planners. WTO, Madrid.
Middleton, V. T. C., & Hawkins, R. 1998. Sustainable Tourism: A Marketing Perspective. Butterworth-Heinemann, Oxford.
Mubyarto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
OMT, WTO, BTO. Agenda 21 for Travel & Tourism Industry: Towards Environmentally Sustainable Development. OMT, WTO, BTO.
Page, S. J. & R. K. Dowling. 2002. Ecotourism. Prentice Hall, Essex.
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, Dan Dampak-Dampak Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta.
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The Macmillan Press Ltd, London.234
Priyono dan Pranarka. 1996. Pemberdayaan (Empowerment). Pemberdayaan, Konsep, dan Implementasi. CSIS, Jakarta.
Ropke, Jochen, 1985. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing Countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.
Setiaso. B. 2007. Pendekatan Knowledge-Base Economy untuk Pengembangan Masyarakat. Ilmu Komputer.com, Jakarta.
Sharpley, Richard & Julia. 1997. Rural Tourism: An Introduction. Thomson Business Press, London.
Smith, V.L & Eadington, W.R. 1996. Tourism Alternatives: Potentials and Problems in the Development of Tourism. John Wiley & Sons, England
Sumitro. M. 2005. Strategi Penglolaan Pengetahuan (Knowledge Management) untuk Meningkatkan Daya Saing pada Kluster Industri Mikro Kecil dan Menengah. Bank Indonesia, Jakarta.
Sumodiningrat. G. 1999. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bina Rena Pariwara, Jakarta.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta.
Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Kanisius, Yogyakarta.
Swarbrooke, J., & Horner, S. 2001. Consumer Behaviour in Touris., Butterworth-Heinemann, Oxford.
Syamsu, Y. 2001. Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. LP3M STP Tri Sakti, Jakarta. Jurnal Ilmiah Volume 5 Nomor 3 Maret 2001.
The World Bank. 2002. Building Institution: Complement, Innovate,Connect, and Compete. World Development Report 2002, Washington, D.C.
UNEP. 1995. Environmental Codes of Conduct for Tourism: Technical Report Nomor 29, UNEP, France
Utama, I G.B. Rai. http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/02/pariwisata-kajian-sosiologi-dan-ekonomi/.
Wahab, S., & Pigram, J. J. 1997. Tourism, Development and Growth: The Challenge of Sustainability. Routledge, London & New York.
Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. Tourism International Press, London.
Wijandi. S. 2004. Pengantar Kewiraswastaan. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Wood, Megan Epler. 2002. Ecotourism: Principles, Practices & Policies for Sustainability. UNEP, France.
World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. WCED, Oxford.
WTO. 1993. Sustainable Tourism Development: Lesson for Planners. WTO, Madrid.
Wylie, J. 1996. Tourism and The Environment. University of Hawaii at Manoa, June 24, 1997
Yuyun, Wirasasmita. 1996. Fungsi Obyektif Koperasi. Ikopin, Bandung.
·  Rayi Kinasih   (25210688)
·  Lestari Setyawati  (24210005)
·  Dewi Kencanawati   (21210903)
·  Ericha Dian N.   (22210387)
·  Syiam Noor W.   (26210798)
·  Nihlah Adawiyah (24210976)
·  Dwikie Bayu Ramadhan   (22210218)


KAJIAN MODEL PENGELOLAAN AGROEKOTURISME OLEH KOPERASI*)
Pariaman Sinaga, Anwar Sitompul, dan Dandy Bagus Ariyanto



REVIEW JURNAL

Abstrak
Pada pasal 17 UU Nomor 10 Tahun 2008, Tentang Kepariwisataan secara eksplisit mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memberikan dukungan kebijakan kepada Koperasi dan UMKM untuk berperan sebagai pelaku industri pariwisata secara luas. Saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM juga telah memberikan fasilitasi perkuatan modal kepada beberapa koperasi yang mengelola obyek-obyek wisata. Di samping juga ada beberapa koperasi secara alamiah yang telah masuk dalam industri agroekoturisme.
Kawasan wisata Jatiluwih sesungguhnya termasuk wilayah pelayanan KUD Panebel. Di desa ini ada sejumlah masyarakat yang menjadi anggota KUD. Namun sejauh ini pihak KUD masih belum berminat untuk mengelola kawasan wisata Jatiluwih sebagai bagian dari kegiatan usaha KUD. Namun di desa ini, telah didirikan koperasi wisata yang dikelola oleh para staf desa dan pemuda setempat.
Dengan menggunakan pendekatan dan asumsumsi maka dirumuskan 4 (empat) model umum atau model ideal pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi, yaitu:
1). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Pertanian
2). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Peternakan
3). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Perkebunan dan Hortikultura
4). Model pengelolaan agroekoturisme oleh Koperasi berbasis Komoditas Perikanan
Koperasi pariwisata belum masuk dalam road map koperasi Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM agaknya masih menitik beratkan pada pembangunan koperasi pertanian (dalam arti luas), koperasi simpan pinjam, koperasi pemasaran, koperasi konsumsi, koperasi pondok pesantren, koperasi kerajinan, dan koperasi jasa. Oleh karena itu, kajian model pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi merupakan kajian eksploratif yang harus dijadikan pondasi bagi perumusan kebijakan pembangunan koperasi pariwisata di Indonesia.


Point-Point
1. Pada pasal 17 UU Nomor 10 Tahun 2008, Tentang Kepariwisataan secara eksplisit mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memberikan dukungan kebijakan kepada Koperasi dan UMKM untuk berperan sebagai pelaku industri pariwisata secara luas.
2.  Koperasi pariwisata belum masuk dalam road map koperasi Indonesia.

Kesimpulan

Dari aspek wilayah, potensi Sumber Daya Alam (SDA) pada empat wilayah sampel sangat mendukung pengembangan kawasan atau destinasi-destinasi baru agroekoturisme yang layak dikembangkan oleh koperasi. Meskipun pada umumnya sarana dan prasarana pendukung masih perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Kebijakan Pengembangan agroekoturisme di wilayah sampel secara umum belum terakomodasi dalam rencana tata ruang wilayah yang terintegrasi secara fungsional di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Koneksi antar destinasi juga pada umumnya belum terintegrasikan dengan baik menjadi produk agroekoturisme yang kompak. Dari aspek sosial ekonomi, pengembangan kawasan agroekoturisme di wilayah sampel berpotensi besar dalam menggerakkan ekonomi lokal (penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat lokal, pengembangan ekonomi kreatif dan industri jasa, dan pajak). Dari aspek sosial budaya, kecuali di Bali dan Sulawesi Utara (Manado), pada umumnya masih ada dikotomi antara budaya lokal dengan nilai-nilai pariwisata terutama nilai-nilai yang berkaitan dengan pleasure dari budaya wisatawan asing. Hal ini akan sangat berpengaruh pada interaksi antara wisatawan asing dan masyarakat lokal yang menghambat pemasaran produk agroekoturisme. Potensi produk agroekoturisme wilayah sampel dari aspek atraksi/daya tarik dan aktivitas memiliki keunikan dan keragaman yang dapat dijadikan sebagai faktor penarik kuat baik bagi wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara. Kecuali Bali, faktor amenitas dan aksesibilitas masih perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Pengelolaan kawasan agroekoturisme di wilayah sampel masih didominasi oleh operator perusahaan bukan koperasi seperti Perusahaan Daerah, Perseroan Terbatas, Perusahaan Perseorangan, dan beberapa dari pihak desa. Pada umumnya pengelolaan agroekoturisme oleh koperasi baru pada tahap inisiasi dan perintisan. Kelembagaan supra struktur di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada umumnya belum memiliki kesamaan visi dalam mengembangkan agroekoturisme secara fungsional. Dukungan Pemerintah Daerah terhadap koperasi untuk mengelola kawasan agroekoturisme juga pada umumnya masih rendah dan belum memiliki pola pengelolaan yang sistematik dan terintegrasi serta masih tergantung pada tokoh kunci.



DAFTAR PUSTAKA
Blume, Ernst B. 1994. Operational Size Of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook Of Cooperative Organizations. Gottingen.
Bramwell, B & Lane, B (Ed). 1994. Rural Tourism and Sustainable Rural Development. Short Run Press, Exeter-UK.
Bronson, Richard. 1982. Operations Research. Schaums’s Outline Series. International Edition.
Cooper, C., et al, 1998. Tourism: Principles and Practice. Longman, England.
Darmoprajitno, H, Soewarno. 2001. Ekologi Pariwisata, Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Angkasa, Bandung.
Dep. Parpostel-PAU UGM. Tanpa tahun. Wisata Minat Khusus. Laporan Akhir, Ditjen. Par, UGM.
Dimiyati, Tjuju Tarliah dan Ahmad Dimiyati. 1987. Operations Research. Model-model Pengambilan Keputusan. Sinar Baru, Algensindo.
Dulfer, Eberhard. 1994. Evaluation of Cooperative Organization. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Dulfer, Eberhard. 1994. Structural Types of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
EPE. (1996). Tourism, Leisure, Nature Protection and Agritourism: Principles, Partnerships And Practice. University of Exeter, UK.
Eschenburg, Rolf. 1994. Theory Of Cooperative Cooperation. Dalam Vandenhoeck
& Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Ewert, A.W & Hollenhorst, S.J. Tanpa Tahun. Adventure Recreation an Its Implications For Wilderness Volume 3 Nomor 2.
Fennel A. David, 1999. Ecotourism an Introduction. Routledge, London.
Finnish Tourist Board, et al,. 1994. Towards Sustainable Tourism in Finland. Finnish Tourist Board, Finland.
France, L. 1997. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan, England.
Hanel , Alfred. 1994. Dual or Double Nature of Cooperative. Dalam Vandenhoeck & Ruprecht. International Handbook of Cooperative Organizations. Gottingen.
Holden, A,. 2003. Environment and Tourism. Routledge Introductions to Environment Series, Routledge, London & New York.
Inskeep, E. 1994. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. Van Nostrand Reinhold, USA.
Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economists. Philosophy and Practice.
Jubenville, A. 1976. Outdoor Recreation Planning. London, UK.
Koutsoyiannis, A. 1975. Modern Microeconomic. The Macmillan Press. Ltd, London.
Marsongko, E. P. 1998. Sustainable Tourism Development: A Case Study of Tourism Development in Karimunjawa Marine National Park, Jepara, Central Java, Indonesia: Thesis. Bournemouth University, Bournemouth, England.
Marsongko, E. P. 1999. Re-Orientasi dan Rekayasa Bio-Diversity (Green Tourism) Terhadap Pengembangan Produk Wisata. Makalah Seminar, STP Bandung.
Marsongko, E. P. 2000. Environmental Management System for Tourist Attractions: Curriculum & Syllabus. STP Bandung, Bandung.
McIntyre, G., 1993. Sustainable Tourism Development: Guide For Local Planners. WTO, Madrid.
Middleton, V. T. C., & Hawkins, R. 1998. Sustainable Tourism: A Marketing Perspective. Butterworth-Heinemann, Oxford.
Mubyarto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
OMT, WTO, BTO. Agenda 21 for Travel & Tourism Industry: Towards Environmentally Sustainable Development. OMT, WTO, BTO.
Page, S. J. & R. K. Dowling. 2002. Ecotourism. Prentice Hall, Essex.
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, Dan Dampak-Dampak Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta.
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The Macmillan Press Ltd, London.234
Priyono dan Pranarka. 1996. Pemberdayaan (Empowerment). Pemberdayaan, Konsep, dan Implementasi. CSIS, Jakarta.
Ropke, Jochen, 1985. The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing Countries. With Special Reference to Indonesia. Marburg.
Setiaso. B. 2007. Pendekatan Knowledge-Base Economy untuk Pengembangan Masyarakat. Ilmu Komputer.com, Jakarta.
Sharpley, Richard & Julia. 1997. Rural Tourism: An Introduction. Thomson Business Press, London.
Smith, V.L & Eadington, W.R. 1996. Tourism Alternatives: Potentials and Problems in the Development of Tourism. John Wiley & Sons, England
Sumitro. M. 2005. Strategi Penglolaan Pengetahuan (Knowledge Management) untuk Meningkatkan Daya Saing pada Kluster Industri Mikro Kecil dan Menengah. Bank Indonesia, Jakarta.
Sumodiningrat. G. 1999. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bina Rena Pariwara, Jakarta.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta.
Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Kanisius, Yogyakarta.
Swarbrooke, J., & Horner, S. 2001. Consumer Behaviour in Touris., Butterworth-Heinemann, Oxford.
Syamsu, Y. 2001. Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. LP3M STP Tri Sakti, Jakarta. Jurnal Ilmiah Volume 5 Nomor 3 Maret 2001.
The World Bank. 2002. Building Institution: Complement, Innovate,Connect, and Compete. World Development Report 2002, Washington, D.C.
UNEP. 1995. Environmental Codes of Conduct for Tourism: Technical Report Nomor 29, UNEP, France
Utama, I G.B. Rai. http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/02/pariwisata-kajian-sosiologi-dan-ekonomi/.
Wahab, S., & Pigram, J. J. 1997. Tourism, Development and Growth: The Challenge of Sustainability. Routledge, London & New York.
Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. Tourism International Press, London.
Wijandi. S. 2004. Pengantar Kewiraswastaan. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Wood, Megan Epler. 2002. Ecotourism: Principles, Practices & Policies for Sustainability. UNEP, France.
World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. WCED, Oxford.
WTO. 1993. Sustainable Tourism Development: Lesson for Planners. WTO, Madrid.
Wylie, J. 1996. Tourism and The Environment. University of Hawaii at Manoa, June 24, 1997
Yuyun, Wirasasmita. 1996. Fungsi Obyektif Koperasi. Ikopin, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar